Proses Terbentuknya Gunung Berapi
Gunungapi
terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang terus menekan sejak
jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapi berawal
dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat
dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di
dalam endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan
di Afrika dan Indonesia berupa tulang belulang manusia yang terkubur
oleh endapan vulkanik.
Gunungapi
terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat
pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman
kerak samudara ke kerak benua, busur tengah samudera, terjadi akibat
pemekaran kerak samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat
terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Pengetahuan
tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki
fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan
gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan.
Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi
magma serta lokasi dan kejadian gunung api.
Beberapa contoh gambar lempengan :
Panas
bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi
sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari
unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th
terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian
mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya.
Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas
vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan
berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar
mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan
menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di
bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat,
kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut.
Beberapa bentuk gunung di Indonesia sebagai berikut :
Litosfir
termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah
menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng
bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel.
Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel,
yang disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat
atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa
bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Kerak
benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2
miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih
padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya
lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis,
dan keduanya mengapung di atas astenosfir.
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.
Sumber dari :http://danelspace.blogspot.com/2012/10/proses-terjadinya-gunung-api.html
http://tsumasaga.wordpress.com/2013/01/08/915/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar